Cakra Khan Meriahkan Malam Puncak Hari Jadi Cirebon ke – 598
CIREBON — Cahaya lampu dan gemuruh tepuk tangan mewarnai langit malam di depan Balai Kota Cirebon, Sabtu (19/7).
Ribuan pasang mata menyatu dalam satu semangat yakni merayakan malam puncak Hari Jadi Cirebon ke-598.
Dengan tema “Cirebon Mayungi lan Nyumponi,” perayaan malam puncak ini bukan sekadar pesta kota, melainkan simbol harapan yang bertumbuh dari akar sejarah dan cinta yang mendalam terhadap tanah leluhur.
Berbagai penampilan memukau membuka malam penuh makna ini. Di antara yang tampil adalah Papa Jamees Band dari Sekretariat Daerah Kota Cirebon, Band Amora, dan Band BUMN, yang masing-masing menghadirkan warna tersendiri bagi panggung budaya.
Namun, gemuruh penonton mencapai puncaknya ketika Cakra Khan, penyanyi bersuara khas nan menyentuh, tampil sebagai bintang tamu utama. Dengan membawakan lagu-lagu melankolis, seperti Butiran Debu, Kekasih Bayangan, dan Harus Berpisah, ia sukses menggiring emosi penonton ke dalam ruang kenangan dan harapan.
“Saya selalu senang bisa tampil di Cirebon. Antusiasme dan kebersamaan dari masyarakat di sini luar biasa,” ujar Cakra Khan.

Di kesempatan tersebut, Cakra Khan juga menyempatkan diri mengapresiasi karya-karya seniman lokal yang terpajang di Ruang Adipura Balai Kota.
“Karya-karya seniman Cirebon itu punya jiwa. Ada salah satu karya yang menarik dan saya beli,” ungkapnya.
Selain mengapreasi karya para seniman, Cakra Khan juga selalu menikmati kuliner khas Cirebon.
Ia tidak pernah lupa dengan kue cikak, jajanan tradisional khas Cirebon.
“Saya suka kue cikak, enak,” tambahnya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Wali Kota Cirebon, Effendi Edo menyampaikan bahwa Hari Jadi bukan hanya tentang merayakan usia, melainkan momentum untuk meneguhkan kembali identitas dan arah perjalanan kota.
“Cirebon bukan sekadar bangunan atau batas wilayah administratif. Ia adalah ruang hidup, ruang sejarah, ruang budaya, dan ruang harapan,” ujar Wali Kota.
Seperti yang diketahui, Kota Cirebon telah melewati zaman demi zaman, kerajaan, kolonialisme, hingga kemerdekaan.
“Dan dalam setiap tahapannya, Cirebon selalu punya cara untuk tetap hidup dan memberi artI,” ucapnya.
Lebih lanjut, Wali Kota menekankan bahwa tema “Mayungi lan Nyumponi” bukanlah sembarang frasa, melainkan falsafah luhur. Mayungi berarti memberi perlindungan, Nyumponi berarti mencukupi dan menghadirkan manfaat.
“Kami ingin Cirebon menjadi kota yang meneduhkan sekaligus menumbuhkan. Kota yang bukan hanya indah dari luar, tapi juga hangat dari dalam, dengan rasa keadilan, kenyamanan, dan kasih sayang yang nyata,” tuturnya.
