Kondisi Air Sumur Warga Argasunya Memprihatinkan
“Tidak layak dikonsumsi dan akhirnya kami ketika untuk minum dan memasak itu beli air. Kondisi air kalau diminum ada rada amis nya dari situ kami tidak berani konsumsi dan memilih beli air bersih tiap minggu,” katanya.
Hingga saat ini, katanya, warga bersama mahasiswa dan pegiat lingkungan masih terus berusaha mendorong pemerintah melakukan penanganan serius.
Apalagi, belum lama ini Kementerian LH menegur Pemkot Cirebon terkait penanganan TPA yang menggunakan open dumping. Padahal, dampak dari open dumping salah satunya adalah pencemaran lingkungan.
“Kebetulan saya di sini sebagai ketua rt-nya itu hampir kalau jumlah terdampak di wilayah kerja saya ada sekitar 97 KK dan ketika berbicara jiwa itu mungkin sekitar 400-an apa sampai 452. Kita belum survei satu-satu ke warga lain karena untuk saat ini solusinya itu beli air sendiri,” ujarnya.
Asep sendiri mengaku belum mengetahui air yang mencemari sumur warga memiliki kandungan apa saja. Menurutnya, kondisi tersebut membutuhkan riset ilmiah bersama untuk mengetahui apa saja kandungan air yang mencemari sumur warga.
Asep mengaku sudah melayangkan surat ke kelurahan Argasunya mengenai keluhan warga soal air bersih namun hingga saat ini belum mendapat respons.
“Bahkan sekarang pun kita kan sedang urus tuntutannya ke dinas lingkungan hidup katakanlah minta audiensi dengan walikota Cirebon dalam hal ini sebagai stakeholder di Kota Cirebon,” ujar Asep.
Asep menyebutkan, dalam satu minggu warga harus mengeluarkan uang hingga Rp 75.000 membeli air bersih untuk dikonsumsi. (Shan)