Tiga Strategi Utama dalam Mitigasi Bencana Alam, Ucap Wali Kota Cirebon
Lebih lanjut, Wali Kota menyampaikan tiga pokok arah kebijakan dalam penguatan kesiapsiagaan ke depan. Pertama, memperkuat literasi kebencanaan melalui edukasi dan simulasi di sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah. Kedua, meningkatkan sistem deteksi dini dan respons cepat dengan penguatan posko siaga bencana di tiap kecamatan. Ketiga, membangun budaya gotong royong sebagai bentuk ketangguhan sosial.
“Kesiapsiagaan bukan sekadar alat atau peralatan. Ini soal komitmen, kecepatan bertindak, dan rasa empati terhadap sesama,” tuturnya.
Wali Kota juga mengapresiasi kerja sama lintas sektor, dari TNI/Polri, perangkat daerah, komunitas, hingga media serta mengucapkan terima kasih kepada BPBD Provinsi Jawa Barat atas pengakuan terhadap kinerja Kota Cirebon sebagai penyelenggara terbaik Posko Kolaborasi Arus Mudik dan Balik Lebaran 2025 untuk wilayah 3 Ciayumajakuning.
Sementara itu, Tenaga Ahli BNPB Brigjen. Pol. (Purn) Ary Laksmana Widjaja mengapresiasi terhadap langkah strategis yang dilakukan Kota Cirebon. Menurutnya, Kota Cirebon berada pada posisi yang rentan karena dekat dengan laut dan memiliki aliran sungai yang hulunya berada di wilayah lain.
“Perlu kesiapsiagaan dan antisipasi yang serius. Saya mengapresiasi pendekatan pentahelix yang dilakukan Pemkot Cirebon, melibatkan unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media. Ini menunjukkan Kota Cirebon siap menghadapi bencana, baik hidrometeorologi basah maupun kering,” ujarnya.
Apel dan gladi ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas dan kewaspadaan bersama. Kota Cirebon ingin menegaskan diri sebagai kota yang tidak hanya siap secara fisik, tetapi juga tangguh secara sosial dan peduli terhadap keselamatan warganya.
